Dikemukakan Frans Susilo dalam tulisan Matematika Humanistik di majalah Basis, bahwa kebanyakan sikap negatif terhadap matematika timbul karena pandangan keliru tentang matemtika. Untuk memahami matematika benar dan sewajarnya,perlu diklarifikasi beberapa mitos negatif itu, antara lain :
1. Perlu bakat istimewa atau keceradasan yang tinggi untuk mempelajarinya.
Akibatnya --> yang merasa kecerdasannya rendah tidak termotivasi untuk belajar matematika.
Jadi, matematika itu bisa dimengerti asal kita mau mengerti! Intinya rajin, doa, dan usaha :)
2. Matematika adalah ilmu berhitung.
Namun, berhitung hanya sebagian kecil dari matematika. Selain mengerjakan hitungan", orang juga berusaha memeahami mengapa perhitungan itu dikerjakan dengan suatu cara tertentu.
3. Matematika hanya menggunakan otak kiri.
Aktivitas matematika memang memerlukan logika dan kecerdasan otak. Namun itu saja tidak cukup. Untuk berkembang, matematika sangat membutuhkan kreativitas dan intuisi manusia seperti seni dan sastra. Para matematikawan biasanya mulai mengerjakan penelitian dengan menggunakan intuisi, dan berusaha membuktikan bahwa intuisi itu benar. Dengan kata lain, matematika tidak hanya membutuhkan otak kiri, tapi juga melibatkan otak kanan.
4. Yang paling penting adalah jawaban benar.
Jawaban yang benar memang penting. Namun yang lebih penting adalah mengetahui bagaimana memperoleh jawaban yang benar dengan proses, pemahaman, penalaran, dan meode yang digunakan untuk menyelesaikan soal" tersebut.
5. Kebenran matematika adalah kebenaran mutlak.
Kebenaran dalam matematika sebenarnya bersifat nisbi. Kebenaran matematika tergantung kesepakatan awal yang disetujui bersama. Bahakan ada anggapan bahwa tidak ada kebenaran dalam matematika, yang ada hanyalah keabsahan, yaitu penalaran yang sesuai aturn logika yang digunakan manusia umumnya.
6. Tidak bermaksud untuk menyalahkan, kebanyakan guru hanya memberikan materi yang berorientasi agar siswa dapat mengerjakan soal dengan lancar dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Guru yang memandang maematika sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Sementara, guru yang memndang bahwa matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada aspek paroduk dalam pembelajaran matematika.
Jadi, guru yang mana yang lebih bagus? Menurut aku yang kedua. Karna matematika itu yang terpenting selain hasil adalah proses.
Menurut aku, belajar matematika itu menyenangkan! soalnya soal" tu seolah nantangin kita buat bisa diselesein. aseeek :D
Buat sekedar pengalaman tentang matematika, dulu waktu kelas 6 sd aku sangat sangat sangat sangat benci matematika! Gak taulah kenapa. Tapi yang jelas guru matematika ku itu pemarah. Mungkin gara-gara itu kali. Aku bener" gak merhatiin guru tu nerangin saking palaknya wkwkwk :D
Sampai nilai un matematika sd aku dapet 5,75. Percaya gaak? hahahaha:D Percaya gak percaya itu fakta -_- silahkan lihat daftar nilai un sd aku kalo mau :p
Setelah smp, dikelas kelas 2 smp. Aku mulai suka matematika. Soalnya gurunya asiiik
Nilai matematika ku pun gak jelek" amat :D yang penting kan sukaa :D
Sampai sekarang, insya allah nilai matematika yang masih bisa dibanggain.aseek:D dan aku akan selalu suka matematika :)
Jadi, Buat seluruh guru matematika didunia jangan pemarah yaa. Kasian muridnya :3
Mulai sekarang, mari bersama-sama untuk menyukai Matematika :D


0 komentar:
Posting Komentar